oleh : bachtiar handoko
Hari itu tanggal 25 agustus 2012, beberapa
hari setelah hari raya idul fitri. Pagi itu aku terbangun pukul 09.00 WIB,
salah satu kebiasaan burukku saat liburan adalah ‘susah bangun pagi’.
Pagi itu aku terbangun dengan
bahagianya karena tidak seperti biasanya, pagi itu aku terbangun tanpa bantuan
alarm, setelah menggeliat-menggeliat sebentar ditempat tidur, akupun turun dari
tempat tidur tersebut. Tapi tidak seperti biasanya pagi itu rumah kakekku
tersebut sepi total dan aku mulai panik “aduh, pada kemana nih, jangan-jangan
aku ditinggal pulang kebandung!! TIDAAAKKK!!” gumamku dalam hati.
Aku berlari-lari mengitari
rumah kakekku yang sebesar lapangan bola tapi tidak sesuai dengan banyaknya
jumlah perabotan yang ada, aku berkeliling mencari orang-orang, tapi naas tidak
kutemukan satu orangpun disana. Aku mulai pasrah dan mulai mencari-cari
handphone-ku.
Dan handphone-ku pun ternyata
tidak ada juga! “TIDAAAKKK...!”
Setengah hati aku berkeliling lagi sambil benar-benar
mencari kemana orang-orang pergi, aku mencari ke kamar, gudang, rumah tetangga,
kandang sapi, parkiran sepeda, sawah, empang, dan kamar mandi umum yang
ternyata sedang ada yang mandi didalamnya, dan alhasil akupun pulang dengan
basah kuyup dibajur oleh orang yang entah siapa tiba-tiba membanjur badanku
dengan air tepat saat kepalaku terlihat dari dalam kamar mandi.. nasib.
Saat aku sampai didepan televisi, aku menemukan
handphone-ku yang masih di-charge (dicas) dari tadi malam. “yaampun, ini hape
dari tadi malem belum dicabut, aku lupa! TIDAAAAKKK!” entah berapa kali aku
berkata ‘tidak’ pagi itu. Tapi beruntung ternyata tadi malam ada pemadaman
listrik sehingga handphone-ku tidak apa-apa. Ada pesan tertera dilayar handphone-ku.
“oh dari mbak rina” gumamku. Dan saat ku buka pesan di handphone-ku, muncullah
pesan seperti ini :
“mas,
tadi pagi dibangunin susah banget, udah ditarik-tarik sama lima orang masih
belum bangun juga, ya udah deh mas kita tinggal aja hihihi, ini kita lagi di
makam nenek, ziarah. Kalo mau nyusul cepetan ya “.
Aku sekarang mulai tenang,
ternyata semua keluargaku ada di makam nenekku, sedang ziarah. Segeralah aku
berangkat ke makam untuk menyusul, dengan terburu-buru memasang celana pensil,
alhasil aku pun tidak enak saat berjalan, seperti ada yang mengganjal didaerah selangkangan.
Tapi ya sudahlah.
Setibanya di makam.
“loh kok gak ada siapa-siapa!”
aku kaget.
“ah si mbak rina bohong nih,
katanya pada di makam” gerutu ku sewot.
Untuk memastikan, akupun
membuka HP ku dan kubaca lagi pesan tersebut dengan seksama, dan teryata pesan
tersebut terkirim pukul 08.00 WIB, dan aku baru sampai ke makam pukul 10.30
WIB. Pantas saja tidak ada siapa-siapa.
“TIDAAAAKKK...!!!!” aku
berteriak dalam hati, Lagi.
Akhirnya aku putuskan untuk pulang dan menonton TV saja
dirumah, dan sesampainya dirumah, semua keluarga ku sudah sampai dirumah dan
sedang asik menonton DVD. Kini wajah kucel ku yang sedang ngos-ngosan berubah
menjadi wajah penuh tatapan kesal.
“ah ini si mas dicariin dari
tadi kok nggak ada dirumah sih, mamah habis dari rumah bude par loohhh...
makanannya enak-enak hihihi” kata ibuku sambil senyum-senyum penuh kemenangan.
“iya mas, tadi aku makan enak
looohhh disana untung mas gak datang, jadi aku bisa nambah deh makannya.. hihi
“ kata adikku madan lengkap dengan senyumannya yang seakan-akan mengejek.
“GAK NANYA!” jawabku singkat karena sudah saking
kesalnya pagi itu, aku terbangun pukul 09.00 WIB.
Aku belum sarapan, sudah
lari-lari keliling rumah nyari orang-orang, trus naik sepeda ke makam, dan
pulang lagi masih dengan keadaan kelaparan stadium akhir pula ! , hingga para
cacing-cacing diperutku ini sering berdemo meminta makan.
Sedangkan semua keluargaku
sudah makan enak dirumahnya bude par, dan mereka juga tidak masak apa-apa
dirumah, selain masak air. Aku hampir nangis waktu itu, sungguh miris nasibku
pagi itu.
Pesan moral : terkadang bangun siang saat liburan tidak selamanya enak,
justru malah terkadang bangun siang itu tidak menguntungkan.
Siang harinya setelah akhirnya aku makan mie rebus
diwarung depan. Bukan depan rumah melainkan depan mesjid terdekat yang harus
menyebrangi sungai dulu dan melewati kebun-kebun singkong, melewati jalan
setapak diantara hutan bambu, dan sampailah ke mesjid terdekat dari rumah
kakekku. Dan tingkat kelaparanku sudah maksimal hingga aku menghabiskan 2
mangkok mie rebus, lengkap dengan 2 plastik kerupuk juga.
Dan akupun pulang kerumah kakek
dengan keadaan bahagia, melewati hutan bambu, dan kebun singkong serta sungai
lagi, dan akhirnya akupun sampai dirumah dalam keadaan lapar lagi. Sungguh naas
nasibku.
Lama-lama diam
dirumah kakek rasanya bosan juga, dan diantara kebosanan yang ada, saudaraku si
mbak rina membuka percakapan.
“kalian ngerasa panas gak sih?”
kata mbak rina.
“panas lah ndut! Lu gak ngerasa
apa” kata mas andri, adiknya mbak rina.
“iye gue tau buntet! Kali aja
lu gak ngerasa kan badan lu lemak semua gitu hihihi” kata mbak rina.
“MMMUUUOOOOOO!!!” tiba-tiba
sapi disamping rumah bersuara, mungkin sang sapi tersindir dengan perbincangan
kami.
“aaahh uwes tooo, ojo berantem
nang kene, kasian sapinya keberisikan hehe hehe hehe..” kata mas hari lengkap
dengan aksen jawanya yang kental.
“iya tuh jangan ngomongin
lemak, kan sapinya kesindir hahahaha” kataku sambil tertawa sendirian sedangkan
orang lain terdiam memperhatikan aku yang masih saja tertawa. Dan akhirnya rasa
malu pun menghentikan tawaku.
“hmm gimana kalau kita
jalan-jalan?” kata mbak rina.
“SETUJU!!!” kataku, mas hari,
dan mas andri serempak.
“asik, main kemana nih ndut, lu
tumben ngajak main, lagi banyak duit ya” kata mas andri.
“main ke kali progo lah, kemana
lagi hehehe” kata mbak rina.
“gubrak! Main ke kali progo mah
ngapain ngajak-ngajak, tinggal jalan kaki ga nyampe 10 menit juga nyampe” kata
mas andri.
“gimana kalo kita beli kulkas biar
kita punya minuman dingin” kata mas hari.
“aduh, har har.. siapa juga
yang mau nganter kulkas ketengah hutan gini, yang ada juga nanti tuh tukang
kulkas mati dijalan pas lewat sungai sambil ngegotong kulkas !” jawab mas
andri.
“hehehe iya yah.” Kata mas
hari.
“gimana kalo kita ke merapi?”
kataku mengusulkan.
“jangan ah jauh..” kata mbak
rina.
“gimana kalo kita ngeliat
sunset di gunung merapi aja?” kata mas andri.
“nah... boleh tuh...” kata mbak
rina.
“jangan ah jauh !!! -__-“
kataku kesal.
“ya udah nanti mbak telfon
temen mbak dari Jakarta deh suruh bawa mobil rentalan buat besok kita ke
merapi, oke ! “
Keesokan harinya benar saja sebuah mobil avanza hitam
sudah terparkir indah didepan rumah kakekku, entah lewat mana mobil tersebut
datang. Dan setelah kami semua bersiap-siap dan berdandan layaknya ingin pergi
ke hajatan, kamipun berangkat.
Di mobil terjadi percakapan
singkat antara sang sopir dengan saudaraku ini.
“pak, kita ke merapi ya lewat
jalur yang paling dekat! “ kata mbak rina.
“iya, nanti uangnya kita yang
tanggung deh!” kata mas andri.
“hah, kita !! lu aja mas ! “
semua berkata secara bersamaan.
Dimobil, seperti biasa
penyakitku ini muncul, ngantuk kalau kena dingin, entah dar iAC ataupun dari
angin yang masuk dari jendela.
Dan aku pun tertidur pulas
sampai tiba-tiba kami sudah sampai dimerapi.
Aku merasa sangat bahagia
melihat salah satu gunung paling fenomenal di pulau jawa. Semuanya terlihat
alami, termasuk pedagang-pedagang yang terlihat memakai baju dari rumput, begitu
terlihat menyatu dengan alam. (Hehehe engga lah, bohong)
Disana, aku yang super duper sok tau, mulai beraksi.
“mbak, kita sewa motor trail
yuk! Murah loh cuman 50ribu..” kataku.
“ah yakin nih mas, masa murah
banget?” kata mbak rina.
“yakiiiiinnn banget..” kataku
“tapi aku ga yakin deh
kayaknya...” kata madan. Entah darimana ia datang.
Dan semua pun kaget dengan
kehadiran madan. Ternyata selama ini madan bersembunyi di bagasi belakang dan
diam-diam ikut kami ke merapi. Amazing !
Akhirnya kamipun
membulatkan niat untuk menyewa motor trail yang nantinya akan dipakai untuk
tour disekitar merapi.
Aku sudah dengan mantapnya
duduk di jok motor trail tersebut walaupun sebenarnya aku tidak bisa
mengendarai motor yang ber-kopling. Tapi dengan pedenya akupun duduk di jok
motor tersebut, dan saudaraku yang lain juga ikut-ikutan duduk di jok motor dan
bersiap mengendarai motor tersebut.
Tapi ternyata, setelah mbak
rina menanyakan harga sewanya. ternyata harga sewanya bukan Rp.50.000,-
melainkan Rp.500.000,- dan aku ternyata tidak melihat satu digit nol yang
paling belakang karena tertutup spanduk partai PDI.
Dengan modal wajah polos tak
berdosa kamipun turun dari motor tersebut sambil senyum-senyum kepaksa karena
malu.
“dik, mau jadi sewa motornya
gak?” kata si penjaga loket.
“mau dong, tuh dibayarin sama
mbak itu tuh *sambil menunjuk mbak rina*” kataku.
“iya, lima puluh ribu kan
sewanya?” kata mas andri.
“maaf mas, mungkin mas salah
lihat, seharusnya lima ratus ribu rupiah, silahkan bisa dilihat sendiri.” Kata
penjaga loketnya.
“oh.. hehehe hehehe, maaf ya
mas kita gak nyewa kok, Cuma numpang duduk” kataku.
“ah alesan, udah sana-sana, gak
punya duit aja belagu!” kata penjaga loket yang galak.
Dan kami semua pun kabur
menyelamatkan diri dari seorang penjaga loket yang marah-marah.
Pesan moral : jangan jadi orang
yang sok tau ditempat yang benar-benar tidak anda ketahui
Dengan wajah pasrah, kamipun akhirnya memutuskan untuk
berjalan kaki menyusuri gunung merapi mengikuti para wisatawan lainnya. Dan
akhirnya waktu pun menunjukkan pukul 17.45 WIB, saatnya sunset (matahari
terbenam) . semua orang mulai memadati tempat makan yang menyediakan wedang
ronde dan jagung bakar.
Kami membeli wedang ronde dan
jagung bakar masing-masing satu. Dan kamipun menunggu detik demi detik
menjelang terbenamnya sang surya.
“mas, ini kok wedangnya rasa
jahe sih ! “ kataku.
“yaiyalah dimana-mana wedang
itu pasti ada rasa jahe-jahenya” kata mas andri.
“yakin nih?” kataku.
“yakin bro!” kata mas andri.
Dan tibalah saat yang kami
tunggu-tunggu, berbarengan dengan gigitan demi gigitan yang kami layangkan pada
sebuah jagung bakar yang enak sekali itu, matahari pun mulai menghilang sedikit
demi sedikit.
Ini baru yang namanya liburan.
Menikmati sunset di merapi sambil ditemani dengan wedang ronde dan jagung
bakar. Sungguh liburan yang tak terlupakan.
Saatnya bikin status di
facebook, hehe. Ah, Tetapi sayang aku tidak membawa kamera hingga liburanku ini
tidak sempat didokumentasikan. Itulah salah satu penyakitku ketika liburan
datang, selalu lupa membawa kamera saat pergi jalan-jalan.
Sekian sepenggal cerita tentang penglaman pribadiku saat
liburan di Yogyakarta, sebuah kota yang dihiasi oleh penduduk yang terkenal
akan keramahannya, dan sebuah kota yang terkenal dengan keindahan alamnya..
Berbanggalah karena di
Indonesia masih banyak tempat-tempat istimewa sehingga kita tidak perlu
jauh-jauh pergi ke negeri orang hanya untuk sekedar liburan saja. Cintailah
tanah air kita selagi masih murni menjadi milik kita. :-)
**********************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar